Senin, 11 Januari 2010

Batik Modern

Batik Modern

Mungkin selama ini masyarakat masih rancu dengan apa yang disebut dengan batik modern. Quintanova, salah satu pengamat batik sekaligus panitia Solo Batik Carnival (SBC) 2 menjelaskan istilah modern dalam konteks batik yang dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, modern dalam arti motif dan kedua, modern dalam teknis pembuatan. Contoh modernisasi motif diantaranya memadukan dua motif batik dalam satu kain. Misalnya perpaduan antara lereng dengan kawung menjadi motif lereng-kawung. Batik kontemporer bahkan mengaplikasikan motif-motif modern atau bahkan abstrak dalam kain yang diproses dengan teknis pembuatan batik.

Modern yang kedua adalah dalam hal teknis. Batik printing adalah salah satu bentuk modernisasi teknis pembuatan batik. Namun, istilah batik printing yang dikenal masyarakat sebenarnya bukan termasuk batik karena tidak melalui tahapan pembuatan batik. Proses pembuatan batik secara singkat harus melalui beberapa tahap diantaranya penggambaran motif, pelapisan dengan malam, pewarnaan, dan terakhir proses lorot (penghilangan malam). Tanpa proses tersebut sebuah kain tidak bisa dikatakan batik tetapi hanya tekstil yang bermotif batik. Inovasi lain dalam hal teknis pembuatan adalah dengan printing malam seperti yang dilakukan di Desa Wisata Batik Kliwonan dimana malam yang panas dicetak pada sebuah kain secara massal. Dengan proses ini dimungkinkan membuat batik dengan jumlah besar dan dalam waktu singkat tetapi tidak menyimpang dari aturan proses pembuatan batik.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan Arifatul Uliana, putri Solo tahun 2009, yang mengatakan bahwa batik modern merupakan usaha agar batik lebih memasyarakat. Demi menjangkau konsumen kaum muda keberadaan batik modern memang sangat perlu. Dengan motif yang bervariasi maka kaum muda tidak lagi enggan mengenakan kain batik dan perlahan-lahan stereotype batik sebagai pakaian untuk yang lebih “senior” bisa terkikis. Menurut Uli sapaan akrabnya mengatakan, “Pakem filosofis batik tidak harus dikorbankan walaupun proses modernisasi terus terjadi”. Nilai filosofis batik bisa dipertahankan dengan menciptakan motif baru dengan pakem-pakem yang sudah ada. Tanpa variasi dan modernisasi batik akan terkesan monoton, dan tidak bisa bertahan membudaya sampai saat ini.

Sumber: http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=12675.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar